Kornelya – Amerika
Pare atau dalam bahasa inggris
ada yang menyebut bitter ground, African cucumber, atau balsam pear. Tanaman
menjalar ini mudah dipelihara dan tidak membutuhkan perawatan khusus. Di mana
biji dipendam di situ ia akan tumbuh, kecuali dalam perut. Baik dipupuk ataupun
tidak, pare tetap mencari jalan untuk menjalar.
Dulu jika pulang sekolah, ketika
membuka tudung saji, lihat sayur pare duduk pahit di tempatnya, aku suka protes
ke mama. Beliau hanya menjawab, hanya itu yang bisa disajikan hari ini, ya mau
tak mau dari pada kelaparan, dengan bantuan ikan asin sayur pahitpun harus
ditelan.
Setelah dewasa, sayur pare malah
menjadi sayur kesukaan, apa itu yang dipakai untuk membalut siomay atau sekedar
ditumis bersama teri halus putih. Setelah menetap di N .York Parepun senasib
dengan sayur genit Lenggang Kangkung, mahal dan langka.
Terakhir saya memakan Pare bulan
Juli lalu, saat mengunjungi adik perempuanku yang sedang berjuang melawan
kanker payudara. Saya masakin sendiri, karena mudah didapat, mereka makan tidak
seantusias aku. Adikku yang juga teman akrabku sempat nyeletuk, menjalani kemo
aja, sudah sengsara, masa’ kepahitannya harus ditambah pare.
Adikku menjalani teraphy hormone
agar bisa hamil, setelah delapan tahun akhirnya berhasil. Saat memasuki
kehamilan bulan ketiga, tiba-tiba benjolan sebesar kacang hijau muncul di
payudaranya dan segera dibiopsi. Bulan keempat, benjolan-benjolan kecil,
bertebaran dan dokter memastikan kankernya menyebar dan harus segera dioperasi
dengan catatan bayi harus digugurkan.
Namun dia memilih pertahankan
kandungan. Bulan ketujuh anaknya dilahirkan melalui cesar, dan diikuti
pengangkatan payudaranya dua bulan kemudian. Proses kemoteraphy yang
menyengsarakan, rambutnya gundul, tulangnya menyusut, badannya jadi pendek.
Sehari setelah kemoteraphy, dia
selalu mengerang menahan sakit. Sebelum saya kembali ke N.York, dia dalam
keadaan sakit, berdua kami keliling Jakarta naik taksi. Jika naik mobil
sendiri, otomatis misua dan kurcaci-kurcaci kecil minta ikut. Dalam taksi kami
saling curhat, adikku menceriterakan bahwa sesungguhnya, dia sudah tidak bisa
bertahan hidup.
Kemoteraphy hanya menambah
penderitaan, sel kanker sudah menjalar sampai ke paru-paru. Dengan bercucuran
air mata, saya katakan, jika sesuatu terjadi padanya, demi Tuhan saya akan
memperhatikan dan mengasuh anak-anaknya. Sayalah ibu mereka. Kami berdua
berpelukan, sopir taksi ikut nangis.
Liburan selesai kami harus
kembali ke habitat di N.York, dengan hati yang terluka dan tangis yang ditahan
saya memberi pelukan dan ciuman mesra terakhir sebagai perpisahan dengan adikku
yang cantik. I’knew what’s coming. Dia membisikan “titip anak-anakku”.
Dua bulan di N.York, tengah malam
telp berdering, kabar yang kutakuti menjadi kenyataan. Saya merasa ada sebagian
hidup saya yang hilang. Hidup saya tidak sempurna lagi. Kepergian adikku
membuat saya sedih, sekaligus bersyukur. Saya percaya Tuhan memberi yang
terbaik.
Adalah tidak adil, hanya untuk
memuaskan emosi kita yang sehat, penderita penyakit yang tak mungkin sembuh
harus bertahan “hidup” dalam penderitaan yang tak tertahankan.
Sejak ditinggal pergi adik
tercinta, saya rajin mengikuti perkembangan riset mengenai pengobatan kanker
payudara. Journal terakhir yang saya ikuti adalah riset yang dipimpin oleh
Prof. Ratna Ray Ph.D, Professor Pathology di Universitas St. Louis. Berikut ini
adalah kutipan dari hasil researchnya:
“Lead researcher Ratna Ray,
Ph.D., a professor in the department of pathology at Saint Louis University,
uses bitter melon in her stir fries but was surprised to find the vegetable’s
extract also appears to “kill” breast cancer cells and prevent them from
multiplying.
“To our knowledge, this is the
first report describing the effect of bitter melon extract on cancer cells,”
Ray said in a statement. “Our result was encouraging. We have shown that bitter
melon extract significantly induced death in breast cancer cells and decreased
their growth and spread.”
Pare sayur pahit yang mematikan sell kanker. Harapan baru, berita bagus yang harus kita syukuri.
Source : Aol Health
Tidak ada komentar:
Posting Komentar