Senin, 30 September 2013

Pare, Si Pahit pembunuh sel kanker

Kornelya – Amerika

http://baltyra.com/wp-content/uploads/2010/02/bittermelon.jpgPare atau dalam bahasa inggris ada yang menyebut bitter ground, African cucumber, atau balsam pear. Tanaman menjalar ini mudah dipelihara dan tidak membutuhkan perawatan khusus. Di mana biji dipendam di situ ia akan tumbuh, kecuali dalam perut. Baik dipupuk ataupun tidak, pare tetap mencari jalan untuk menjalar.

Dulu jika pulang sekolah, ketika membuka tudung saji, lihat sayur pare duduk pahit di tempatnya, aku suka protes ke mama. Beliau hanya menjawab, hanya itu yang bisa disajikan hari ini, ya mau tak mau dari pada kelaparan, dengan bantuan ikan asin sayur pahitpun harus ditelan.

Setelah dewasa, sayur pare malah menjadi sayur kesukaan, apa itu yang dipakai untuk membalut siomay atau sekedar ditumis bersama teri halus putih. Setelah menetap di N .York Parepun senasib dengan sayur genit Lenggang Kangkung, mahal dan langka.

Terakhir saya memakan Pare bulan Juli lalu, saat mengunjungi adik perempuanku yang sedang berjuang melawan kanker payudara. Saya masakin sendiri, karena mudah didapat, mereka makan tidak seantusias aku. Adikku yang juga teman akrabku sempat nyeletuk, menjalani kemo aja, sudah sengsara, masa’ kepahitannya harus ditambah pare.

Adikku menjalani teraphy hormone agar bisa hamil, setelah delapan tahun akhirnya berhasil. Saat memasuki kehamilan bulan ketiga, tiba-tiba benjolan sebesar kacang hijau muncul di payudaranya dan segera dibiopsi. Bulan keempat, benjolan-benjolan kecil, bertebaran dan dokter memastikan kankernya menyebar dan harus segera dioperasi dengan catatan bayi harus digugurkan.

Namun dia memilih pertahankan kandungan. Bulan ketujuh anaknya dilahirkan melalui cesar, dan diikuti pengangkatan payudaranya dua bulan kemudian. Proses kemoteraphy yang menyengsarakan, rambutnya gundul, tulangnya menyusut, badannya jadi pendek. 

Sehari setelah kemoteraphy, dia selalu mengerang menahan sakit. Sebelum saya kembali ke N.York, dia dalam keadaan sakit, berdua kami keliling Jakarta naik taksi. Jika naik mobil sendiri, otomatis misua dan kurcaci-kurcaci kecil minta ikut. Dalam taksi kami saling curhat, adikku menceriterakan bahwa sesungguhnya, dia sudah tidak bisa bertahan hidup. 

Kemoteraphy hanya menambah penderitaan, sel kanker sudah menjalar sampai ke paru-paru. Dengan bercucuran air mata, saya katakan, jika sesuatu terjadi padanya, demi Tuhan saya akan memperhatikan dan mengasuh anak-anaknya. Sayalah ibu mereka. Kami berdua berpelukan, sopir taksi ikut nangis. 

Liburan selesai kami harus kembali ke habitat di N.York, dengan hati yang terluka dan tangis yang ditahan saya memberi pelukan dan ciuman mesra terakhir sebagai perpisahan dengan adikku yang cantik. I’knew what’s coming. Dia membisikan “titip anak-anakku”. 

Dua bulan di N.York, tengah malam telp berdering, kabar yang kutakuti menjadi kenyataan. Saya merasa ada sebagian hidup saya yang hilang. Hidup saya tidak sempurna lagi. Kepergian adikku membuat saya sedih, sekaligus bersyukur. Saya percaya Tuhan memberi yang terbaik. 

Adalah tidak adil, hanya untuk memuaskan emosi kita yang sehat, penderita penyakit yang tak mungkin sembuh harus bertahan “hidup” dalam penderitaan yang tak tertahankan. 

Sejak ditinggal pergi adik tercinta, saya rajin mengikuti perkembangan riset mengenai pengobatan kanker payudara. Journal terakhir yang saya ikuti adalah riset yang dipimpin oleh Prof. Ratna Ray Ph.D, Professor Pathology di Universitas St. Louis. Berikut ini adalah kutipan dari hasil researchnya: 

“Lead researcher Ratna Ray, Ph.D., a professor in the department of pathology at Saint Louis University, uses bitter melon in her stir fries but was surprised to find the vegetable’s extract also appears to “kill” breast cancer cells and prevent them from multiplying.

“To our knowledge, this is the first report describing the effect of bitter melon extract on cancer cells,” Ray said in a statement. “Our result was encouraging. We have shown that bitter melon extract significantly induced death in breast cancer cells and decreased their growth and spread.”


Pare sayur pahit yang mematikan sell kanker. Harapan baru, berita bagus yang harus kita syukuri.

Source : Aol Health

Tidak ada komentar:

Posting Komentar