Pre Menstrual Syndrome (Sindrom pra menstruasi)
adalah kumpulan gejala fisik, psikologis,
dan emosi
yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Gejala tersebut dapat diperkirakan dan biasanya
terjadi secara regular pada dua minggu periode sebelum menstruasi. Hal ini
dapat hilang begitu dimulainya pendarahan, namun dapat pula berlanjut setelahnya.
Penyebab PMS belum diketahui secara pasti. Namun, banyak dugaan PMS terjadi
akibat kombinasi dari berbagai faktor yang kompleks dimana salah satunya adalah
akibat perubahan hormonal yang terjadi sebelum menstruasi. Terjadi penurunan
kadar hormon estrogen setelah ovulasi yang mempengaruhi neurotransmitter di
otak terutama serotonin. Serotonin memegang peranan dalam regulasi emosi.
Meskipun demikian, diduga interaksi kompleks antara hormon estrogen,
progesterone dan serotonin dengan PMS masih perlu diteliti lebih lanjut.
Gangguan metabolisme dan pola hidup yang tidak sehat (terutama faktor nutrisi) juga mungkin turut berperan dalam menyebabkan PMS. Diduga terjadi gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic acid (GLA). Fungsi prostaglandin adalah untuk mengatur sistem reproduksi (mengatur efek hormon estrogen, progesterone), sistem saraf (mengatur kerja neurotransmitter) dan sebagai anti peradangan. Selain gangguan metabolisme, pola nutrisi yang tidak seimbang berupa diet tinggi lemak, tinggi garam dan gula, rendah vitamin dan mineral, sedikit serat dapat menimbulkan PMS.
Gangguan metabolisme dan pola hidup yang tidak sehat (terutama faktor nutrisi) juga mungkin turut berperan dalam menyebabkan PMS. Diduga terjadi gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic acid (GLA). Fungsi prostaglandin adalah untuk mengatur sistem reproduksi (mengatur efek hormon estrogen, progesterone), sistem saraf (mengatur kerja neurotransmitter) dan sebagai anti peradangan. Selain gangguan metabolisme, pola nutrisi yang tidak seimbang berupa diet tinggi lemak, tinggi garam dan gula, rendah vitamin dan mineral, sedikit serat dapat menimbulkan PMS.
Gejala klinis
Terdapat kurang lebih 200 gejala yang dihubungkan dengan PMS namun gejala yang paling sering ditemukan adalah iritabilitas (mudah tersinggung) dan disforia (perasaan sedih). Gejala mulai dirasakan 7-10 hari menjelang menstruasi berupa gejala fisik maupun psikis yang mengganggu aktivitas sehari-hari dan menghilang setelah menstruasi.
Terdapat kurang lebih 200 gejala yang dihubungkan dengan PMS namun gejala yang paling sering ditemukan adalah iritabilitas (mudah tersinggung) dan disforia (perasaan sedih). Gejala mulai dirasakan 7-10 hari menjelang menstruasi berupa gejala fisik maupun psikis yang mengganggu aktivitas sehari-hari dan menghilang setelah menstruasi.
1. Fisik
- Kelemahan umum (lekas letih, pegal, linu)
- Acne (jerawat)
- Nyeri pada kepala, punggung, perut bagian bawah
- Nyeri pada payudara
- Gangguan saluran cerna misalnya rasa penuh/kembung, konstipasi, diare
- Perubahan nafsu makan, sering merasa lapar (food cravings)
2. Mental
- Mood menjadi labil (mood swings), iritabilitas (mudah tersinggung), depresi, ansietas
- Gangguan konsentrasi
- Insomnia (sulit tidur)
Sindrom ini biasanya lebih mudah terjadi pada wanita yang
lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid. Akan tetapi ada
beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya PMS. Pertama, wanita yang
pernah melahirkan (PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama
bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima). Kedua,
status perkawinan (wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS
dibandingkan yang belum). Ketiga, usia (PMS semakin sering dan mengganggu
dengan bertambahnya usia, terutama antara usia 30 - 45 tahun). Keempat, stres
(faktor stres memperberat gangguan PMS). Kelima, diet (faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula,
garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan,
memperberat gejala PMS). Keenam, kekurangan zat-zat gizi seperti kurang vitamin
B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam
lemak linoleat. Kebiasaan merokok dan minum alkohol juga dapat memperberat
gejala PMS. Ketujuh, kegiatan fisik (kurang berolahraga dan aktivitas fisik
menyebabkan semakin beratnya PMS).
Menurut Dr. Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidanan
dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe
A, H, C, dan D. Delapan puluh persen gangguan PMS termasuk tipe A. Penderita
tipe H sekitar 60%, PMS C 40%, dan PMS D 20%. Kadang-kadang seorang wanita
mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan.
- PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.
- PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema(pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.
- PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang kadang-kadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium.
- PMS tipe D(depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari selururh tipe PMS benar-benar murni tipe D. PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe A.
Ada pula kram perut Pada hari pertama atau satu hari
menjelang datang bulan, banyak wanita yang mengeluh sakit perut atau tepatnya
kram perut. Gangguan kram perut ini tidak termasuk PMS walaupun ada kalanya
bersamaan dengan gejala PMS.
Kram pada waktu haid atau nyeri haid merupakan suatu gejala
yang paling sering. Gangguan nyeri yang hebat, atau dinamakan dismenorea, sangat
mengganggu aktivitas wanita, bahkan acap kali mengharuskan penderita
beristirahat bahkan meninggalkan pekerjaannya selama berjam-jam atau beberapa
hari.
Dismenorea memang bukan PMS. Dismenorea primer umumnya tidak
ada hubungannya dengan kelainan pada organ reproduksi wanita dan hanya terjadi
sehari sebelum haid atau hari pertama haid. Nyeri perut ini juga tidak ada
hubungannya dengen PMS yang mulai terasa 10 - 14 hari sebelum haid. Gejala
malah hilang begitu haid datang. Kalau dismenorea membaik atau bahkan hilang
sama sekali setelah seseorang melahirkan, tidak demikian dengan PMS. Wanita
yang pernah melahirkan malah berisiko lebih tinggi menderita PMS.
Untuk mengatasi PMS, biasanya dokter memberikan pengobatan
diuretika untuk mengatasi retensi cairan atau edema (pembengkakan) pada kaki
dan tangan. Pemberian hormon progesteron dosis kecil dapat dilakukan selama 8 -
10 hari sebelum haid untuk mengimbangi kelebihan relatif estrogen. Pemberian
hormon testosteron dalam bentuk methiltestosteron sebagai tablet isap dapat
pula diberikan untuk mengurangi kelebihan estrogen.
DIET TEPAT MENCEGAH PMS
Pencegahan PMS (sindrom pra-menstruasi) dapat dilakukan
melalui diet yang tepat dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut
- Batasi kosumsi makanan tinggi gula, tinggi garam, daging merah (sapi dan kambing), alkohol, kopi, teh, coklat, serta minuman bersoda.
- Kurangi rokok atau berhenti merokok.
- Batasi konsumsi protein (sebaiknya sebanyak 1,5 gr/kg berat badan per orang).
- Meningkatkan konsumsi ikan, ayam, kacang-kacangan, dan biji-biji-bijian sebagai sumber protein.
- Batasi konsumsi makanan produk susu dan olahannya (keju, es krim, dan lainnya) dan gunakan kedelai sebagai penggantinya.
- Batasi konsumsi lemak dari bahan hewani dan lemak dari makanan yang digoreng.
- Meningkatkan konsumsi sayuran hijau.
- Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung asam lemak esensial linoleat seperti minyak bunga matahari, minyak sayuran.
- Konsumsi vitamin B kompleks terutama vitamin B6, vitamin E, kalsium, magnesium juga omega-6 (asam linolenat gamma GLA).
Di samping diet,
perhatikan pula hal-hal berikut ini untuk mencegah munculnya PMS:
- Melakukan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur.
- Menghindari dan mengatasi stres.
- Menjaga berat badan. Berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita PMS.
- Catat jadwal siklus haid Anda serta kenali gejala PMS-nya.
- Perhatikan pula apakah Anda sudah dapat mengatasi PMS pada siklus-siklus datang bulan berikutnya.
*Dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar