Paris (AFP/Antara) - UNESCO memilih Irina Bokova sebagai direktur umum
untuk masa jabatan kedua, ujar juru bicara badan PBB kepada AFP, Jumat.
Wanita asal Bulgaria tersebut terpilih kembali meskipun terdapat tantangan berat dari dua rivalnya - duta besar Djibouti untuk Prancis, Rachad Farah, dan akademisi Lebanon Joseph Maila.
“Irina Bokova menerima 39 suara, Rachad Farah 13 suara dan Joseph Maila enam,” kata juru bicara Lucia Iglesia Kuntz.
Bokova (61), yang merupakan difavoritkan untuk menang, membutuhkan 30 suara dari 58 untuk mengamankan kemenangan.
Wanita asal Bulgaria tersebut terpilih kembali meskipun terdapat tantangan berat dari dua rivalnya - duta besar Djibouti untuk Prancis, Rachad Farah, dan akademisi Lebanon Joseph Maila.
“Irina Bokova menerima 39 suara, Rachad Farah 13 suara dan Joseph Maila enam,” kata juru bicara Lucia Iglesia Kuntz.
Bokova (61), yang merupakan difavoritkan untuk menang, membutuhkan 30 suara dari 58 untuk mengamankan kemenangan.
Pemilihan berlangsung pada saat UNESCO mengalami kekurangan uang karena
pembekuan dana AS karena mengakui Palestina sebagai anggota.
Bokova yang merupakan mantan menteri luar negeri tersebut terpilih untuk memimpin organisasi budaya PBB pada 2009.
Dia berusaha mempertahankan jabatannya , tapi Farah dan Maila berpendapat bahwa badan tersebut telah kehilangan tujuan utamanya - untuk menjaga perdamaian dunia melalui budaya.
Washington menghentikan bantuan ke UNESCO setelah badan tersebut mengakui Palestina sebagai anggota ke-195 pada 2011 - kehilangan 22 persen dari anggaran yang kini telah turun menjadi 507 juta dolar Amerika (sekitar Rp5,77 triliun) dari 653 juta dolar Amerika (sekitar Rp7,43 triliun) sebelumnya. (dh/ml)
Bokova yang merupakan mantan menteri luar negeri tersebut terpilih untuk memimpin organisasi budaya PBB pada 2009.
Dia berusaha mempertahankan jabatannya , tapi Farah dan Maila berpendapat bahwa badan tersebut telah kehilangan tujuan utamanya - untuk menjaga perdamaian dunia melalui budaya.
Washington menghentikan bantuan ke UNESCO setelah badan tersebut mengakui Palestina sebagai anggota ke-195 pada 2011 - kehilangan 22 persen dari anggaran yang kini telah turun menjadi 507 juta dolar Amerika (sekitar Rp5,77 triliun) dari 653 juta dolar Amerika (sekitar Rp7,43 triliun) sebelumnya. (dh/ml)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar