Cameron Diaz, 40 tahun dan belum pernah menikah |
Ketika Anda sedang mencari pasangan, dan seorang teman ingin mengenalkan teman prianya yang masih "available".
Namun setelah menelusuri dirinya, Anda baru tahu kalau ia ternyata
telah berusia lebih dari 40 tahun, dan belum pernah menikah.
Hal
ini tentu akan menimbulkan kecurigaan pada Anda. “Jangan-jangan dia...”
begitu pikiran Anda berkecamuk. Berbagai mitos serta stereotip tentang
pria lajang berusia 40-an lantas mulai mengganggu pikiran. Pasti ada
yang salah dengan dirinya, sehingga ia belum menikah sampai usia 40
tahun.
Tetapi, setidaknya Anda mau mengenalnya lebih dulu, dan
tidak sekadar memercayai mitos. Bisa jadi, kekhawatiran Anda berlebihan.
Keraguan dan rasa khawatir yang muncul tersebut biasanya karena dipicu
beberapa mitos berikut:
Mitos pria yang melajang sampai usia 40 tahun
Mitos pria yang melajang sampai usia 40 tahun
1. “Dia bukan pria baik-baik.” Mitos ini bisa jadi benar, bisa juga tidak. Karena tidak ada yang bisa menjamin bahwa pria yang sudah menikah pasti pria baik-baik, bukan? Namun Anda bisa menelusuri lebih jauh melalui akun jejaring sosialnya, atau profilnya di situs perjodohan. Misalkan dia memasang fotonya bertelanjang dada lalu memakai nama PriaKayaTampan75, maka ada kemungkinan dia memang bukan pria baik-baik. Atau, dia memang tidak tahu bagaimana caranya membuat wanita terkesan.
2. “Dia seorang playboy.” Hanya karena pria tidak
menikah hingga usianya mencapai kepala empat, bukan berarti dia tipikal
playboy yang suka main-main dengan banyak wanita. Marni Battista,
pendiri dan CEO Dating with Dignity, percaya banyak wanita yang
berpikir seperti itu ketika melihat seorang pria betah melajang sampai
di usia 40 tahun. Karenanya, sebagian besar wanita was-was untuk
melangkah lebih jauh. Padahal, anggapan ini belum tentu sepenuhnya
benar.
3. “Dia tipe pria yang takut komitmen dan tidak akan mau menikah.” Dalam kasus ini, justru sebenarnya yang benar adalah kebalikannya. Pria di usia 40 tahun biasanya sudah mapan, serta bersiap melangkah ke jenjang pernikahan. Bisa jadi selama ini dia salah dalam memilih pasangan, lalu membiarkan dirinya menikmati kesendiriannya selama sesaat. Sebaiknya jangan menilai kegagalan hubungan dia sebelumnya sebagai kesalahan terbesarnya sehingga tak layak diberi kesempatan untuk mencoba lagi.
4. “Dia tidak menginginkan anak.” Anggapan ini juga tidak sepenuhnya benar. Bisa jadi si pria ini tidak memikirkan soal anak 15 tahun yang lalu, tapi ketika sudah beranjak 40 tahun, yang terjadi adalah sebaliknya. Secara umur sudah bertambah, finansial sudah stabil, dan punya anak adalah keinginan dia berikutnya. Jadi lebih baik tidak berasumsi dulu. Mungkin dia sedang menanti calon pendamping yang benar-benar tepat.
5. “Dia bukan tipe suami yang baik.” Bisa jadi, bisa juga tidak. Poinnya adalah bagaimana mengenali karakter dirinya sembari melakukan pendekatan. Seperti yang dianjurkan Jeremi McManus, pendiri SF Relationship Coaching. Kata dia, beberapa kliennya kerap merasa ragu dengan pasangannya saat baru bertemu. Tetapi setelah melewati sejumlah kencan mereka jadi tahu apa yang dibutuhkan pasangannya. Ini bisa menjadi awal untuk melangkah ke tingkat selanjutnya.
Mitos wanita yang melajang sampai umur 40 tahun
3. “Dia tipe pria yang takut komitmen dan tidak akan mau menikah.” Dalam kasus ini, justru sebenarnya yang benar adalah kebalikannya. Pria di usia 40 tahun biasanya sudah mapan, serta bersiap melangkah ke jenjang pernikahan. Bisa jadi selama ini dia salah dalam memilih pasangan, lalu membiarkan dirinya menikmati kesendiriannya selama sesaat. Sebaiknya jangan menilai kegagalan hubungan dia sebelumnya sebagai kesalahan terbesarnya sehingga tak layak diberi kesempatan untuk mencoba lagi.
4. “Dia tidak menginginkan anak.” Anggapan ini juga tidak sepenuhnya benar. Bisa jadi si pria ini tidak memikirkan soal anak 15 tahun yang lalu, tapi ketika sudah beranjak 40 tahun, yang terjadi adalah sebaliknya. Secara umur sudah bertambah, finansial sudah stabil, dan punya anak adalah keinginan dia berikutnya. Jadi lebih baik tidak berasumsi dulu. Mungkin dia sedang menanti calon pendamping yang benar-benar tepat.
5. “Dia bukan tipe suami yang baik.” Bisa jadi, bisa juga tidak. Poinnya adalah bagaimana mengenali karakter dirinya sembari melakukan pendekatan. Seperti yang dianjurkan Jeremi McManus, pendiri SF Relationship Coaching. Kata dia, beberapa kliennya kerap merasa ragu dengan pasangannya saat baru bertemu. Tetapi setelah melewati sejumlah kencan mereka jadi tahu apa yang dibutuhkan pasangannya. Ini bisa menjadi awal untuk melangkah ke tingkat selanjutnya.
Mitos wanita yang melajang sampai umur 40 tahun
1. “Dia terlalu ‘sulit’ untuk menjalin hubungan.”
Ini bisa mengacu pada seseorang yang berkarakter keras dan sulit untuk
berhubungan dengan orang lain. Entah itu karena dari karakternya sendiri
atau memang dia tidak mudah didekati. Tetapi anggapan ini tidak
sepenuhnya benar. Karena walaupun wanita modern saat ini tampak lebih
independen dan "sulit", justru pria harus melihatnya dengan pikiran
yang terbuka. Siapa tahu di balik sifatnya yang sulit didekati itu,
sebenarnya ia wanita yang sangat percaya diri sehingga sudah tahu
pria seperti apa yang diinginkannya.
2. “Dia putus asa.” Meski melajang sampai di usia 40 tahun, bukan berarti wanita berada di tahapan putus asa lalu menerima siapa pun yang akan memberikan lamaran. Atau sebaliknya, sudah pasrah kalau memang tidak akan punya pasangan. Bisa jadi, selama ini dia sedang melanjutkan sekolah atau menjaga hubungan baik dengan kerabat, dan belum yakin bahwa dirinya memang ingin punya anak. Jadi, buang jauh-jauh anggapan kalau wanita yang melajang ini pasti wanita yang "desperate" banget.
2. “Dia putus asa.” Meski melajang sampai di usia 40 tahun, bukan berarti wanita berada di tahapan putus asa lalu menerima siapa pun yang akan memberikan lamaran. Atau sebaliknya, sudah pasrah kalau memang tidak akan punya pasangan. Bisa jadi, selama ini dia sedang melanjutkan sekolah atau menjaga hubungan baik dengan kerabat, dan belum yakin bahwa dirinya memang ingin punya anak. Jadi, buang jauh-jauh anggapan kalau wanita yang melajang ini pasti wanita yang "desperate" banget.
3. “Dia tipe yang terlalu pemilih.”
Setiap orang berhak memilih siapa yang akan menjadi pendampingnya
seumur hidupnya, dan bukan berarti kemudian dia melajang karena pemilih.
Siapa tahu ia sebenarnya punya pasangan, tetapi karena termasuk orang
yang tertutup lantas tidak pernah mengumumkan siapa pasangannya. Selain
itu, ketika kita tidak merasa nyaman dengan seseorang, untuk apa kita
memaksakan untuk memilihnya? Menjadi pemilih masih jauh lebih baik
daripada asal menerima lamaran seseorang hanya supaya punya status
"menikah".
4. “Dia tidak tahu bagaimana membangun sebuah hubungan yang serius.” Psikolog Dr Holly Parker mengatakan, seseorang yang belum menikah sampai usia 40 tahun bukan berarti tidak pernah menjalani hubungan yang serius. Bisa jadi dia pernah menjalaninya, tapi mengalami kegagalan sehingga ingin lebih berhati-hati ke depannya. Kadang kita terlalu terpaku dengan mitos dan anggapan yang selalu hadir, padahal belum tentu sepenuhnya benar. Oleh karenanya kita perlu membuka diri dan pikiran untuk menerima pasangan.
5. “Dia lebih mementingkan karier.” Sesibuk-sibuknya seseorang, pastilah ada waktu di mana ia juga ingin memiliki seseorang yang istimewa. Wanita juga demikian. Seimbang antara karier dan hubungan percintaan, siapa yang tak ingin? Hanya saja, memang tidak semua orang cukup beruntung menemukan jodohnya dalam waktu cepat. Lagipula, kalau wanita ingin mengutamakan sesuatu yang memang menjadi kelebihannya, yaitu mengaktualisasikan diri dalam pekerjaan, memangnya kenapa?
4. “Dia tidak tahu bagaimana membangun sebuah hubungan yang serius.” Psikolog Dr Holly Parker mengatakan, seseorang yang belum menikah sampai usia 40 tahun bukan berarti tidak pernah menjalani hubungan yang serius. Bisa jadi dia pernah menjalaninya, tapi mengalami kegagalan sehingga ingin lebih berhati-hati ke depannya. Kadang kita terlalu terpaku dengan mitos dan anggapan yang selalu hadir, padahal belum tentu sepenuhnya benar. Oleh karenanya kita perlu membuka diri dan pikiran untuk menerima pasangan.
5. “Dia lebih mementingkan karier.” Sesibuk-sibuknya seseorang, pastilah ada waktu di mana ia juga ingin memiliki seseorang yang istimewa. Wanita juga demikian. Seimbang antara karier dan hubungan percintaan, siapa yang tak ingin? Hanya saja, memang tidak semua orang cukup beruntung menemukan jodohnya dalam waktu cepat. Lagipula, kalau wanita ingin mengutamakan sesuatu yang memang menjadi kelebihannya, yaitu mengaktualisasikan diri dalam pekerjaan, memangnya kenapa?
*sumber: Kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar