Jumat, 04 Oktober 2013

Words can Cut Deeper than a Knife.

Berbicara merupakan media utama dari seluruh proses interaksi sosial. Baik buruknya proses interaksi sosial salah satunya dipengaruh oleh bagaimana kita bertutur kata. Karenanya, berhati – hatilah dengan ucapan anda karena perkataan yang terlanjur keluar apabila tidak dipikirkan dahulu akan dapat merugikan anda sendiri. Pastikan setiap kata yang keluar dari mulut kita adalah pilihan yang terbaik sehingga membawa hasil yang baik bagi yang mendengarnya, walaupun yang ingin kita sampaikan adalah hal yang buruk sekalipun, kita harus mampu menyampaikannya dengan baik agar tidak menyinggung perasaannya. Jangan ragu untuk selalu mengatakan kata terima kasih, tolong dan maaf agar lawan bicara kita merasa lebih dihargai. Dalam situasi anda tidak tahu harus berkata apa, maka diam adalah langkah yang bijaksana. 

Penggunaan kata yang tidak tepat atau asal ucap dapat menyakiti dan menyinggung perasaan orang lain. Bahkan seringkali hal tersebut berlanjut menjadi adu mulut atau pertengkaran. Oleh karena itu, pikirkanlah apa yang anda ucapkan agar anda tidak menyesalinya dikemudian hari. Dalam keadaan emosi sekalipun, cobalah untuk tetap berpikir rasional dan tetap memikirkan kata – kata anda terlebih dahulu. Karena jika tidak, ucapan kasar, makian, dan keputusan spontan yang anda katakan akan membuat keadaan menjadi rumit sehingga berpotensi menimbulkan kebencian dan perpisahan. 

Selain kata – kata, nada suara, ekspresi dan bahasa tubuh perlu anda perhatikan saat berinteraksi dengan orang lain. Usahakan untuk selalu tersenyum, gunakan variasi nada suara yang wajar hindari nada suara tinggi, perhatikan kata – kata lawan bicara anda, dan berikan bahasa tubuh yang baik

Berikut adalah kata – kata yang bermakna sama tapi memiliki nilai rasa yang berbeda saat diucapkan. 

Contoh 1.
  • “Bisakah kamu menyalakan TV untuk saya?” 
  • “Maukah kamu menyalakan TV untuk saya?”
Kalimat di atas bermakna sama, tapi kata kedua terdengar lebih baik. Kata maukah lebih sopan dan terdengar lebih menghargai daripada kata bisakah. Kata pertama kadang bisa juga menimbulkan jawaban tidak menyenangkan seperti: “Tentu saja saya bisa, masa menyalakan TV saja saya tidak bisa. Saya tidak bodoh”

Contoh 2.
  • “Kamu terlalu sibuk, nanti temani saya pergi makan makan malam!” 
  • “Apakah kamu sibuk? Maukah kamu meluangkan waktu pergi makan malam bersama saya malam ini?”
Ketika anda menghadapi orang yang sedang sibuk, lebih baik pergunakanlah kata tanya seperti pada contoh kedua. Kalimat pertanyaan akan diartikan sebagai kalimat yang toleran dan tidak memaksa. Penggunaan kalimat perintah hanya akan memperburuk keadaan karena akan terdengar tidak pengertian dan memaksa.

Contoh 3. 
  • “Jangan main di kamar, bikin berantakan!” 
  • “Main di luar aja yuk, nanti repot kalo mesti rapiin kamar”
Kalimat kedua sangat direkomendasikan dalam situasi tersebut. Meskipun kita berhadapan dengan teman atau orang yang lebih muda, kalimat bujukan terdengar lebih menyenangkan dan lebih mudah menghasilkan respon “YA” daripada kalimat perintah. Selain itu, menurut penelitian penggunaan kalimat negatif (kalimat yang menggunakan kalimat jangan, tidak atau bukan) sangat tidak efektif untuk digunakan, karena otak kita tidak dapat memproses kata negatif secara spontan. Contohnya ketika seseorang berkata “Jangan membayangkan anda menggunakan celana warna merah” maka yang pertama terlintas dalam otak anda adalah anda menggunakan celana berwarna merah. 

Contoh 4.
  • "Dia bodoh dalam pelajaran matematika, tapi pintar bahasa Inggris."
  • "Dia pintar dalam pelajaran bahasa Inggris, tapi kurang pintar matematika."
Saat harus mengungkapkan keburukan orang lain, gunakan kata yang halus dan tonjolkan kelebihannya terlebih dahulu. Hal tersebut dikarenakan menurut penelitian, daya tangkap otak kita terbatas, sehingga kesan pertama lebih menonjol dan lebih diingat daripada kesan selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar